Oleh : Muhammad Wendy Hidayat (Akuntansi 2010)
“Sesungguhnya karakter itu adalah fondasi,
apapun kompetensi yang dibangun diatas fondasi ini akan berdiri tegak dengan
baik dan benar.”(Erie Sudewo)
Entrepreneurship. Istilah tersebut mempunyai daya tarik
yang kuat bagi banyak orang untuk mempelajarinya. Bagaimana tidak, selain
menawarkan income yang tidak
terbatas, entrepreneurship juga ikut berperan dalam menggerakan perekonomian.
Sesuatu yang sangat mulia tentunya. Maka tidak heran jika saat ini banyak orang
berlomba – lomba untuk menjadi seorang entrepreneur yang sukses.
Jika bicara tentang entrepreneur, tahukah anda, di dunia
ini pernah lahir seorang entrepreneur legendaris yang pernah menguasai
perdagangan di seluruh jazirah arab pada masanya ? Yang pada umur 12 tahun sudah
menjadi seorang entrepreneur dan berdagang sampai ke Syiria. Muhammad bin
Abdullah namanya. Ya benar, dialah nabi besar Muhammad SAW.
Selain sebagai
nabi dan rasul, Muhammad juga terkenal sebagai entrepreneur yang handal. Bahkan
jika dihitung, ia lebih lama berkiprah sebagai entrepreneur dibanding menjadi
nabi. Perbandingannya adalah 25 tahun (dari umur 12 – 37 tahun) sebagai
entrepreneur dan 23 tahun (dari usia 40 – 63 tahun) sebagai nabi. Dengan
pengalaman selama itu, tentu kita tidak keliru jika belajar dari filosofi
bisnis beliau.
Untuk mempelajari kiat sukses berbisnis ala Rasulullah,
hal yang paling penting untuk kita pahami terlebih dahulu adalah bagaimana karakter
seorang entrepreneur yang dicontohkan olehnya. Karakter adalah fondasi yang
sangat penting dalam menciptakan perilaku bisnis seseorang. Tanpa karakter dasar
yang baik dalam berbisnis, seseorang akan mudah tergoda untuk menghalalkan
segala cara demi mendapat keuntungan yang sebesar – besarnya serta mudah
terpengaruh dalam persaingan bisnis yang tidak sehat. Oleh karena itu, pahami
dan pelajari dulu karakter bisnis Rasulullah, baru memperdalam strategi bisnis
lainnya yang dicontohkan beliau. Seperti quote
diawal tulisan ini, saat “fondasi” kita sudah baik, kompetensi yang berkaitan
lainnya tentu akan ikut serta dengan sendirinya.
Setidaknya ada 4 karakter dasar, disamping banyak sifat
mulia lainnya yang dimiliki Rasulullah, yaitu:
1.
Siddiq (jujur)
Jujur
adalah poin penting dalam menjalankan bisnis. Nabi Muhammad sangat meyakini
bahwa membohongi konsumen hanya akan membuat mereka tidak mau bertransaksi lagi
dengan kita. Ia mencontohkan bagaimana berperilaku jujur dengan tidak
mengingkari janji yang telah disepakati, tidak menyembunyikan cacat atas
sesuatu yang ditransaksikan, dan tidak mengelabui harga pasar (asymmetric information).
2.
Amanah (dapat dipercaya)
Kejujuran
erat kaitannya dengan karakter amanah. Biasanya orang yang jujur pastilah dapat
dipercaya, begitupun sebaliknya. Bersikap amanah mutlak diperlukan dalam setiap
kegiatan bisnis. Sebagai seorang pebisnis, Muhammad selalu memberikan hak
pembeli dan orang – orang yang memercayakan modalnya kepada beliau. Partner
bisnis tidak akan ragu dalam menghabiskan uangnya untuk berbisnis dengan orang
– orang yang amanah.
Perilaku
amanah meliputi tidak mengurangi sesuatu yang disetujui, tidak menambah sesuatu
yang disepakati, dan memberikan sesuatu sesuai pesanan. Dalam salah satu
bukunya, Syafii Antonio menjelaskan bahwa sehebat apapun strategi bauran
pemasaran (mix marketing) yang
bertumpu pada “4P” (product, price,
place, and promotion) atau “4C” (commodity,
customer, competition, and change) ditempuh, tidak akan sukses tanpa
disertai adanya nilai – nilai amanah.
3.
Fatanah (cakap/cerdas):
Dalam karakter fatanah Rasulullah, tertanam kompetensi yang
berkualitas dalam menjalankan bisnis. Hal ini berkaitan dengan kemampuan
menjaga profesionalisme dan pelayanan yang baik kepada pelanggan, melakukan
administrasi dokumen transaksi (konsep akuntansi), mampu mengatasi perubahan
yang terjadi di pasar, serta kreatif dan inovatif (thinking out of the box).
4.
Tabligh (menyampaikan)
Dalam
kegiatan bisnis, tabligh bisa berarti melakukan komunikasi bisnis yang efektif.
Dengan karakter seperti ini Rasulullah mampu menyampaikan keunggulan –
keunggulan produk dengan menarik dan tepat sasaran tanpa meninggalkan kejujuran
dan kebenaran serta terindar dari tindakan marketing yang menipu konsumen.
Pada kenyataannya kita memang tidak hidup di zaman
kejayaan islam, dimana nilai – nilai positif kehidupan sangat diutamakan. Kita
memang tidak mempunyai teladan sehebat Muhammad pada zaman sekarang. Ya, dia
dan kita terkait dimensi waktu yang terlalu jauh berbeda. Namun, bukankah nilai
– nilai islam yang dibawa olehnya tidak pernah tergerus zona waktu? Sungguh ia
adalah sebaik – baiknya teladan dalam segala aspek kehidupan, tak terkecuali
dalam berbisnis. Wallahu a’lam.
Sumber Referensi:
Muhammad sebagai Pedagang, Ippho Santosa
Ensiklopedia Leadership & Manajemen
Muhammad SAW “The Super Leader Super Manager” Volume 2: Bisnis dan
Kewirausahaan, Dr. Muhammad Syafii Antonio, M. Ec dan Tim Tazkia
Best Practice: Character Building, Erie
Sudewo
0 komentar:
Posting Komentar