Minggu, 01 Juli 2012

BELAJAR BISNIS DARI SANG ENTREPRENEUR LEGENDARIS

Oleh : Muhammad Wendy Hidayat (Akuntansi 2010)
 “Sesungguhnya karakter itu adalah fondasi, apapun kompetensi yang dibangun diatas fondasi ini akan berdiri tegak dengan baik dan benar.”(Erie Sudewo)
Entrepreneurship. Istilah tersebut mempunyai daya tarik yang kuat bagi banyak orang untuk mempelajarinya. Bagaimana tidak, selain menawarkan income yang tidak terbatas, entrepreneurship juga ikut berperan dalam menggerakan perekonomian. Sesuatu yang sangat mulia tentunya. Maka tidak heran jika saat ini banyak orang berlomba – lomba untuk menjadi seorang entrepreneur yang sukses.
Jika bicara tentang entrepreneur, tahukah anda, di dunia ini pernah lahir seorang entrepreneur legendaris yang pernah menguasai perdagangan di seluruh jazirah arab pada masanya ? Yang pada umur 12 tahun sudah menjadi seorang entrepreneur dan berdagang sampai ke Syiria. Muhammad bin Abdullah namanya. Ya benar, dialah nabi besar Muhammad SAW.
                Selain sebagai nabi dan rasul, Muhammad juga terkenal sebagai entrepreneur yang handal. Bahkan jika dihitung, ia lebih lama berkiprah sebagai entrepreneur dibanding menjadi nabi. Perbandingannya adalah 25 tahun (dari umur 12 – 37 tahun) sebagai entrepreneur dan 23 tahun (dari usia 40 – 63 tahun) sebagai nabi. Dengan pengalaman selama itu, tentu kita tidak keliru jika belajar dari filosofi bisnis beliau.
Untuk mempelajari kiat sukses berbisnis ala Rasulullah, hal yang paling penting untuk kita pahami terlebih dahulu adalah bagaimana karakter seorang entrepreneur yang dicontohkan olehnya. Karakter adalah fondasi yang sangat penting dalam menciptakan perilaku bisnis seseorang. Tanpa karakter dasar yang baik dalam berbisnis, seseorang akan mudah tergoda untuk menghalalkan segala cara demi mendapat keuntungan yang sebesar – besarnya serta mudah terpengaruh dalam persaingan bisnis yang tidak sehat. Oleh karena itu, pahami dan pelajari dulu karakter bisnis Rasulullah, baru memperdalam strategi bisnis lainnya yang dicontohkan beliau. Seperti quote diawal tulisan ini, saat “fondasi” kita sudah baik, kompetensi yang berkaitan lainnya tentu akan ikut serta dengan sendirinya.
Setidaknya ada 4 karakter dasar, disamping banyak sifat mulia lainnya yang dimiliki Rasulullah, yaitu:
1.       Siddiq (jujur)
Jujur adalah poin penting dalam menjalankan bisnis. Nabi Muhammad sangat meyakini bahwa membohongi konsumen hanya akan membuat mereka tidak mau bertransaksi lagi dengan kita. Ia mencontohkan bagaimana berperilaku jujur dengan tidak mengingkari janji yang telah disepakati, tidak menyembunyikan cacat atas sesuatu yang ditransaksikan, dan tidak mengelabui harga pasar (asymmetric information).
2.       Amanah (dapat dipercaya)
Kejujuran erat kaitannya dengan karakter amanah. Biasanya orang yang jujur pastilah dapat dipercaya, begitupun sebaliknya. Bersikap amanah mutlak diperlukan dalam setiap kegiatan bisnis. Sebagai seorang pebisnis, Muhammad selalu memberikan hak pembeli dan orang – orang yang memercayakan modalnya kepada beliau. Partner bisnis tidak akan ragu dalam menghabiskan uangnya untuk berbisnis dengan orang – orang yang amanah.
Perilaku amanah meliputi tidak mengurangi sesuatu yang disetujui, tidak menambah sesuatu yang disepakati, dan memberikan sesuatu sesuai pesanan. Dalam salah satu bukunya, Syafii Antonio menjelaskan bahwa sehebat apapun strategi bauran pemasaran (mix marketing) yang bertumpu pada “4P” (product, price, place, and promotion) atau “4C” (commodity, customer, competition, and change) ditempuh, tidak akan sukses tanpa disertai adanya nilai – nilai amanah.
3.       Fatanah (cakap/cerdas):
Dalam karakter fatanah Rasulullah, tertanam kompetensi yang berkualitas dalam menjalankan bisnis. Hal ini berkaitan dengan kemampuan menjaga profesionalisme dan pelayanan yang baik kepada pelanggan, melakukan administrasi dokumen transaksi (konsep akuntansi), mampu mengatasi perubahan yang terjadi di pasar, serta kreatif dan inovatif (thinking out of the box).
4.       Tabligh (menyampaikan)
Dalam kegiatan bisnis, tabligh bisa berarti melakukan komunikasi bisnis yang efektif. Dengan karakter seperti ini Rasulullah mampu menyampaikan keunggulan – keunggulan produk dengan menarik dan tepat sasaran tanpa meninggalkan kejujuran dan kebenaran serta terindar dari tindakan marketing yang menipu konsumen.
Pada kenyataannya kita memang tidak hidup di zaman kejayaan islam, dimana nilai – nilai positif kehidupan sangat diutamakan. Kita memang tidak mempunyai teladan sehebat Muhammad pada zaman sekarang. Ya, dia dan kita terkait dimensi waktu yang terlalu jauh berbeda. Namun, bukankah nilai – nilai islam yang dibawa olehnya tidak pernah tergerus zona waktu? Sungguh ia adalah sebaik – baiknya teladan dalam segala aspek kehidupan, tak terkecuali dalam berbisnis. Wallahu a’lam.



Sumber Referensi:
Muhammad sebagai Pedagang, Ippho Santosa
Ensiklopedia Leadership & Manajemen Muhammad SAW “The Super Leader Super Manager” Volume 2: Bisnis dan Kewirausahaan, Dr. Muhammad Syafii Antonio, M. Ec dan Tim Tazkia
Best Practice: Character Building, Erie Sudewo

0 komentar:

Posting Komentar